Senin, 19 Agustus 2013
Sabtu, 17 Agustus 2013
BIMBINGAN PARA PEMULA
Anakku, Masa depanku
Nikmat Tuhanmu yang mana lagi yang engkau dustakan. Sungguh nikmat dari Tuhanmu tak akan pernah bisa engkau hitung. Demikian kurang lebih salah satu redaksi dalam kitab suci Al-Qur’an nul karim.Ini mengingatkan kita bahwa sungguh dan sebenar-benarnya pada apa-apa yang Sang Khalik Allah SWT berikan kepada kita baik itu nikmat hidup, nafas, umur, kesehatan, waktu luang, ilmu pengetahuan, kesulitan hidup, kegagalan, harta, tahta, wanita, dan dunia dgn segala isinya tak terkecuali anak dan diri kita sendiri sejatinya adalah amanah. Amanah hidup yg harus diemban, disyukuri, dijalankan, dan akan dipertanggungjawabkan ke hadapan -Nya kelak di hari akhir nanti. Karena jauh sebelum kita lahir kedunia, ruh kita telah bersaksi dan berjanji dgn Sang Khalik, Allah SWT di alam alastu (alam ruh) untuk bersedia mengemban amanah dan tanggung jawab menjadi khalifah (pemimpin) di muka bumi. Memakmurkan dan menjadikan bumi ini surga sebelum surga di akhirat nanti.
Demikian pula anak kita. Anak adalah titipan Allah yg oleh karenanya merupakan amanah yg harus dipertanggungjawabkan. Anak adalah buah hati kita, belahan jiwa kita, penyejuk mata kita, penghibur hati kita, masa depan kita serta permata hidup kita. Maka jangan sia-siakan dan terlantarkan anak2 kita hanya karena kita sibuk dengan karir dan pekerjaan kita sehingga beragumen serta berapologi dan berdalih bahwa kita tak punya waktu untuk mereka. Kesibukan mencari nafkah, karir, dan pekerjaan janganlah menghalangi kita untuk tetap meluangkan waktu (meskipun barang sejenak) untuk anak-anak kita. Sesibuk apapun kita wajib kiranya untuk menyisihkan waktu untuk mereka. Sebab anak adalah investasi masa depan kita dunia dan akhirat. Jika kita bisa mendidik mereka dgn akhlak yg baik, budi pekerti yg luhur, kharakter yg kuat, pemikiran yg tajam dan hati yg jernih serta jiwa yg suci yg selalu berusaha untuk menyucikan dirinya maka insya Allah kita sedang membangun masa depan dan peradaban baru yg lebih cerah bagi kita dan anak-anak kita serta surga di dunia dan di akhirat nanti.
Sesungguhnya setiap anak terlahir fitrah (dalam keadaan suci), orangtuanyalah yg menjadikan mereka Yahudi, Nasrani, dan Majusi (penyembah api). Demikian sabda sang Nabi SAW jauh 14 abad yg lalu yg sangat sarat makna. Nabi telah meletakkan fondasi dan dasar yg sangat jelas dlm hal mendidik anak jauh sebelum doktrin dan thesis serta ajaran para ilmuwan modern dan pendidik baik barat maupun timur.
Jika boleh diibaratkan, anak itu laksana adonan yg akan terbentuk mengikuti siapa yg membentuknya. Jika kita bentuk dgn cara yg baik dan benar serta berlandaskan ajaran2 dan norma2 agama maka insya Allah kelak mereka akan tumbuh menjadi anak-anak yg sholeh/sholehah. Sebaliknya jika kita biarkan dan kita terlantarkan serta dgn sadar atau tdk kita sadari telah memasukkan racun dan virus2 jiwa yakni pendidikan yg buruk maka tdk heran mereka pun akan tumbuh menjadi anak2 yg buruk akhlaknya dan tabiatnya.
Maka dari itu wahai kawan dan saudaraku, marilah kita berupaya lahir dan batin, mencurahkan segenap kemampuan kita untuk mendidik dan membentuk anak2 kita menjadi tdk hanya sebagai penyejuk bagi jiwa karena kesholehannya, tetapi juga sebagai penerang alam kubur kita dgn doa-doanya yg tak putus-putus dan pelita di akhirat nanti. Amin Ya Rabbal Alamin. Salam Jenius Luar Biasa!
PENGENALAN & PENGEMBANGAN DIRI
Membicarakan pengenalan dan pengembangan diri identik membangun ruang
gerak berdimensi luas kepada manusia untuk mereguk kebebasan hakiki. Kebebasan
hakiki adalah suatu kebebasan yang diperoleh dari upaya mengenalan diri,
sehingga kekebasan ini hadir tanpa harus mengorbankan orang lain. Kebebasan
hakiki, akan terpenuhi manakala setiap manusia menyadari akan dirinya,
sekaligus mengenal orang lain secara mendalam dan berkesadaran. Dengan mengenal
citra diri, maka menusia mengetahui karakter dirinya, selanjutnya dapat
difungsikan sebagai signal untuk menempatkan posisinya dalam ranah pergaulan.
Barangkali merupakan pernyataan yang relevan dan signifikan, bila manusia didefinisikan sebagai “ Free conscious activity” manusia yang bertindak secara wajar.
Pengenalan diri merupakan modal dasar dalam mengatasi dua kondisi generik yang acapkali mengerdilkan pikir manusia, yakni “relational problem” dan “time problem”.
Mengenal diri sejak dini berarti telah menabung kemampuan dalam upaya penjinakan problema hubungan antar manusia. Bila problem yang menyangkut hubungan manusia dapat diselesaikan, maka manusia akan mampu mengembangkan diri.
Barangkali merupakan pernyataan yang relevan dan signifikan, bila manusia didefinisikan sebagai “ Free conscious activity” manusia yang bertindak secara wajar.
Pengenalan diri merupakan modal dasar dalam mengatasi dua kondisi generik yang acapkali mengerdilkan pikir manusia, yakni “relational problem” dan “time problem”.
Mengenal diri sejak dini berarti telah menabung kemampuan dalam upaya penjinakan problema hubungan antar manusia. Bila problem yang menyangkut hubungan manusia dapat diselesaikan, maka manusia akan mampu mengembangkan diri.
“ Homo Sum ; humani nil a mealienum puto”
[ Saya adalah manusia dan tidak ada manusia
lain yang terpisah dari saya]
Manusia sering di candra dengan berbagai macam istilah, homo faber, homo religius, homo sapiens, homo ludens, homo negans, homo socius, sampai homo esperans. Candra ini berlangsung terus, tanpa ada yang mencermati lebih dalam, hal ini disebabkan oleh sebuah penyenderhanaan pencermatan. Pencermatan sederhana ini hanya disandarkan pada dua hal yakni “the image of the other” citra orang lain dan “self image”.
PROSES PENGEMBANGAN DIRI I
I. PENDAHULUAN
Tentunya kita semua ingin menjadi diri yang khas. Setiap orang mendambakannya. Itu biasa dan sangat normal. Tetapi ternyata kita telah menjadi khas, atau khusus! kita adalah manusia yang unik . dari sekian banyak manusia, kita adalah istimewa. Tak seorangpun di dunia akan persis dan sama seperti kita. Kita tidak ada duanya
Tetapi kita belum sempurna. Kita sedang dan masih harus berkembang. Kita masih berada di dalam proses menjadi semakin khas, khusus, dan istimewa. Setiap kita memiliki potensi yang luar biasa, tetapi jarang diantara kita yang dapat mengembangkan dan sampai mengaktualisasikan dalam kehidupan.
”Kebanyakan orang hanya menggunakan sebagian kecil dari kemampuannya”
begitulah kesimpulan William James melalui penelitian-penelitiannya. Padahal Allah SWT telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sangat sempurna ( AL Qur’an ) kita akan semakin menjadi diri kita, orang yang khas itu, kalau kita mengembangkan dan membina segala yang baik yang ada pada kita dan mengalahkan yang kurang/tidak baik. Ini berlaku untuk kemampuan jasmani, intelektual, keterampilan dan spiritual Modal ( Potensi ) yang terpendam dalam diri kita ini, perlu kita sadari dan aktifkan. Inilah suatu proses yang tak pernah akan selesai. Sampai hari kita meninggalkan dunia ini, kita masih dapat berkembang menjadi lebih sesuai dengan ideal kita.
Sebagai anak, kita mulai mengaktualisasikan potensi-potensi kita dibawah bimbingan orang dewasa. Kita belajar banyak hal, melangkah , berbicara, menghitung, berdoa…semakin dewasa, semakin banyak segi kepribadian kita yang temukan. Kita mencari, memperoleh, berlatih dan belajar. Kita berubah terus menjadi lebih sempurna atau lebih buruk. Berhenti, tidak mungkin kalau tindakan-tindakan kita mengarahkan kita kepada yang baik ( kejujuran, tanggungjawab, kasih saying, dll ) kita berkembang maju sebagai manusia. Hidup kita lebih berarti, lebih memuaskan, lebih tenang karena mendapat pegangan.
Sebenarnya, kita berdaya untuk meningkatkan taraf perkembangan kepribadian kita masing-masing. Hal-hal yang membantu pengembangan itu ada disekitar kita dan ada pada diri kita sendiri. Manfaatkanlah! Kita dapat menjadikan diri kita manusia yang paling baik dan yang unik. Kita bukan orang lain. Kita bukan tiruan manusia lain, tetapi kita adalah kita.
Oleh karena itu biarkanlah kita berkembang sekarang ini juga. Sebab, waktu kini adalah kesempatan yang tak akan terulang kembali, kita hanya memiliki satu kehidupan. Waktunya terlalu pendek. Hari kemarin sudah berlalu. Hidup adalah hari ini, dan mengarah ke hari esok.
Jadilah diri yang khusus dengan membiarkan diri kita berkembang
Mulailah sekarang ini juga
Tentunya kita semua ingin menjadi diri yang khas. Setiap orang mendambakannya. Itu biasa dan sangat normal. Tetapi ternyata kita telah menjadi khas, atau khusus! kita adalah manusia yang unik . dari sekian banyak manusia, kita adalah istimewa. Tak seorangpun di dunia akan persis dan sama seperti kita. Kita tidak ada duanya
Tetapi kita belum sempurna. Kita sedang dan masih harus berkembang. Kita masih berada di dalam proses menjadi semakin khas, khusus, dan istimewa. Setiap kita memiliki potensi yang luar biasa, tetapi jarang diantara kita yang dapat mengembangkan dan sampai mengaktualisasikan dalam kehidupan.
”Kebanyakan orang hanya menggunakan sebagian kecil dari kemampuannya”
begitulah kesimpulan William James melalui penelitian-penelitiannya. Padahal Allah SWT telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sangat sempurna ( AL Qur’an ) kita akan semakin menjadi diri kita, orang yang khas itu, kalau kita mengembangkan dan membina segala yang baik yang ada pada kita dan mengalahkan yang kurang/tidak baik. Ini berlaku untuk kemampuan jasmani, intelektual, keterampilan dan spiritual Modal ( Potensi ) yang terpendam dalam diri kita ini, perlu kita sadari dan aktifkan. Inilah suatu proses yang tak pernah akan selesai. Sampai hari kita meninggalkan dunia ini, kita masih dapat berkembang menjadi lebih sesuai dengan ideal kita.
Sebagai anak, kita mulai mengaktualisasikan potensi-potensi kita dibawah bimbingan orang dewasa. Kita belajar banyak hal, melangkah , berbicara, menghitung, berdoa…semakin dewasa, semakin banyak segi kepribadian kita yang temukan. Kita mencari, memperoleh, berlatih dan belajar. Kita berubah terus menjadi lebih sempurna atau lebih buruk. Berhenti, tidak mungkin kalau tindakan-tindakan kita mengarahkan kita kepada yang baik ( kejujuran, tanggungjawab, kasih saying, dll ) kita berkembang maju sebagai manusia. Hidup kita lebih berarti, lebih memuaskan, lebih tenang karena mendapat pegangan.
Sebenarnya, kita berdaya untuk meningkatkan taraf perkembangan kepribadian kita masing-masing. Hal-hal yang membantu pengembangan itu ada disekitar kita dan ada pada diri kita sendiri. Manfaatkanlah! Kita dapat menjadikan diri kita manusia yang paling baik dan yang unik. Kita bukan orang lain. Kita bukan tiruan manusia lain, tetapi kita adalah kita.
Oleh karena itu biarkanlah kita berkembang sekarang ini juga. Sebab, waktu kini adalah kesempatan yang tak akan terulang kembali, kita hanya memiliki satu kehidupan. Waktunya terlalu pendek. Hari kemarin sudah berlalu. Hidup adalah hari ini, dan mengarah ke hari esok.
Jadilah diri yang khusus dengan membiarkan diri kita berkembang
Mulailah sekarang ini juga
Thursday, April 5, 2007
PROSES PENGEMBANGAN DIRI II
II. DARIMANA HARUS MEMULAI ?
Kita harus memulainya dengan terlebih dahulu mengindentifikasi siapa kita pada saat ini? Sebenarnya kehidupan kita pada saat ini dipengaruhi oleh tiga hal : kehidupan masa lalu kita, kita apa adanya sekarang, dan mimpi/imajinasi kita tentang kita di masa depan ( sampai akhirat )
1. Masa Lalu Kita
Kita pada hari ini tideak lepas dari proses pembelajaran kita dimasa lalu. Bimbingan orangtua, proses pembelajaran kita dalam hidup, pengalaman kehidupan yang sudah lalu, semua itulah yang menjadikan kita hari ini, Baik-buruk, suka-duka, senang-susah, sedih-gembira dimasa lalu kita ( bahkan sejak masa kanak-kanak ) memberikan sumbangan kita sampai hari ini. Mungkin kita dapar sedikit memetik hikmah dari untaian kata-kata dari Dorothy Law Nolte :
Jika anak dibesarkan dengan celaan, ia belajar memaki
Jika anak dibesarkan dengan permusuhan, ia belajar berkelahi
Jika anak dibesarkan dengan cemoohan, ia belajar rendah diri
Jika anak dibesarkan dengan hinaan, ia belajar menyesali diri
Jika anak dibesarkan dengan toleransi, ia belajar menahan diri
Jika anak dibesarkan dengan dorongan, ia belajar menghargai
Jika anak dibesarkan dengan sebaik-baik perlakuan, ia belajar keadilan
Jika anak dibesarkan dengan rasa aman, ia belajar menaruh kepercayaan
Jika anak deibesarkan dengan dukungan, ia belajar menyenangi dirinya
Jika anak dibesarkan dengan kasih sayang dan persahabatan, ia belajar menemukan arti hidup dalam kehidupan
Dengan cara manakah kita dibesarkan dan hidup?
Tapi apakah akhirnya kehidupan kita saat ini dibentuk oleh kehidupan masa lalu kita ?
Jawabannya adalah TIDAK
Kita tidak dapat tergantung/dibentuk oleh masa lalu kita. Kita haus mempersepsikan masa lalu kita secara positif dan proporsional. Interopeksi ( Muhasabah ), perenungan positif adalah sebuah metode bagi kita untuk merubah pengalaman masa lalu kita menjadi energi positif. Umar Bin Khatab memiliki masa lalu yang sangat suram, tetapi ia dapat menjadikan masa lalunya sebagai unsur perubah, sehingga ia menjadi energi positif untuk mencapai mardhotillah. Begitu jua dengan Khalid Bin Walid serta Bilal bin Rabah. Bagaimana dengan kita ?
Meskipun kita dapat dipengaruhi oleh pengalaman-pengalaman kanak-kanak yang malang, namun kita bukanlah korban-korban tetap dari pengalaman-pengalaman ini, kita dapat berubah, bertumbuh dan mencapai tingkat-tingkat kesehatan psikologis yang tinggi ( Abraham Maslow )
2. Masa Kini
Masa kini, kondisi kita saat ini, kita hari ini apa adanya adalah merupakan akumulasi pencapaian aktualisasi diri dari potensi-potensi kita, tapi in fact kebanyakan orang hanya menggunakan sebagian kecil dari kemampuannya ( William James, Filsuf dan Psikolog asal USA ), artinya kita saat ini hanyalah baru sebagian kecil dari seharusnya kita menjadi. Masih banyak potensi-potensi dalam diri kita yang belum terbina, terbangun dan teraktualisasi dan yang belum, baik dari segi fisik, emosi, sikap, intelektual dan lainnya lagi. Inventarisasi semua hal itu dengan metode perenungan, instropeksi individual, kemudian mintalah pendapat orang lain, sahabat, orang tua, teman kerja atau lainnya untuk membantu kita dalam mengenali potensi apa saja yang sudah dan belum teraktualisasi
Identifikasi dan inventarisasi itu merupakan database kita untuk mulai merencanakan pengembangan diri. Database tersebut dapat memberikan informasi kepada kita potensi-potensi apa yang harus kita rencanakan untuk mengaktualisasikannya, dan juga bagaimana potensi-potensi yang sudah teraktualisasi dapat dipertahankan dan ditingkatkan kualitasnya
3. Masa Depan
Masa depan adalah sebauh mimpi/imajinasi kita untuk menjadi apa. Apa yang ada dalam benak dan fikiran kita tentang masa depan kita? Menjadi orang sukseskah? Menjadi orang bahagiakah? Prinsip dan imajinasi anda yang menentukan! Kehidupan kita ditentukan oleh pikiran kita ( Muhammad Al Ghazali ). Namun dalam imajinasi kita tentang masa depan kita ada perbedaan orang yang religius dan yang tidak. Orang yang religius memandang bahwa masa depannya bukan hanya pada tahap hidup di dunia, tetapi ada hal yang lebih penting lagi adalah masa depan akhirat. Sehingga cobalah latih imajinasi kita untuk memikirkan bagaimanakah keadaan akhir kita kelak di akhirat bahagiakah atau tersiksa?
Bingkai dengan Emosi Positif
“Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi ( pula ) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui sedang kamu tidak mengetahui” ( Al Qur’an ).
Apa yang kita rasakan ketika membaca ayat ini? Mungkin kita akan merasakan nuansa optimisme dalam diri kita, karena ayat ini mengajarkan kita untuk selalu mengembangkan emosi positif kita tentang segala hal yang terjadi dalam kehidupan kita.
Bingkailah kehidupan masa lalu, mas kini, dan masa depan kita dengan emosi positif. Pandanglah setiap kejadian-kejadian masa lalu sebagai hal terbaik untuk meraih hal yang lebih baik. Jadikanlah kondisi kehidupan kita saat ini menurut kita atau menurut orang lain sebagai sebuah cermin bagi kita untuk melangkah menjadi lebih baik. Dan raihlah masa depan kita yang telah kita cita-citakan dalam imajinasi kita
Bingkai dengan Nilai
Setelah kita tahu tentang siapa kita? Apakah itu sudah cukup? Belum! Karena persepsi kita tentang kita ditentukan oleh kita sendiri dan oleh teman-teman kita sesama manusia. Kita tidak obyektif, karena manusia tidak ada yang obyektif, hanya Allah SWT yang obyektif. Karena kita adalah makhluk yang diciptakan Allah SWT, maka kita sebaiknya menanyakan pada sang pencipta gambaranNya tentang kita. Sebab ia menciptkan kita masing-masing secara unik, artinya dengan bakat, kemampuan, tenaga dan ideal-ideal tersendiri. Dengan menemukan gambaran Allah tentang kita. Kita temukan ideal kita, makna hidup kita, tujuan seluruh keberadaan kita didunia ini. Kita akan terarah, inilah nilai yang dapat dengan jernih mempersepsikan secara positif. Kehidupan masa lalu, masa kini dan masa depan kita. Nilai inilah yang menentukan akan menjadi apa kita kelak dan bagaimana akhirnya.
Kita harus memulainya dengan terlebih dahulu mengindentifikasi siapa kita pada saat ini? Sebenarnya kehidupan kita pada saat ini dipengaruhi oleh tiga hal : kehidupan masa lalu kita, kita apa adanya sekarang, dan mimpi/imajinasi kita tentang kita di masa depan ( sampai akhirat )
1. Masa Lalu Kita
Kita pada hari ini tideak lepas dari proses pembelajaran kita dimasa lalu. Bimbingan orangtua, proses pembelajaran kita dalam hidup, pengalaman kehidupan yang sudah lalu, semua itulah yang menjadikan kita hari ini, Baik-buruk, suka-duka, senang-susah, sedih-gembira dimasa lalu kita ( bahkan sejak masa kanak-kanak ) memberikan sumbangan kita sampai hari ini. Mungkin kita dapar sedikit memetik hikmah dari untaian kata-kata dari Dorothy Law Nolte :
Jika anak dibesarkan dengan celaan, ia belajar memaki
Jika anak dibesarkan dengan permusuhan, ia belajar berkelahi
Jika anak dibesarkan dengan cemoohan, ia belajar rendah diri
Jika anak dibesarkan dengan hinaan, ia belajar menyesali diri
Jika anak dibesarkan dengan toleransi, ia belajar menahan diri
Jika anak dibesarkan dengan dorongan, ia belajar menghargai
Jika anak dibesarkan dengan sebaik-baik perlakuan, ia belajar keadilan
Jika anak dibesarkan dengan rasa aman, ia belajar menaruh kepercayaan
Jika anak deibesarkan dengan dukungan, ia belajar menyenangi dirinya
Jika anak dibesarkan dengan kasih sayang dan persahabatan, ia belajar menemukan arti hidup dalam kehidupan
Dengan cara manakah kita dibesarkan dan hidup?
Tapi apakah akhirnya kehidupan kita saat ini dibentuk oleh kehidupan masa lalu kita ?
Jawabannya adalah TIDAK
Kita tidak dapat tergantung/dibentuk oleh masa lalu kita. Kita haus mempersepsikan masa lalu kita secara positif dan proporsional. Interopeksi ( Muhasabah ), perenungan positif adalah sebuah metode bagi kita untuk merubah pengalaman masa lalu kita menjadi energi positif. Umar Bin Khatab memiliki masa lalu yang sangat suram, tetapi ia dapat menjadikan masa lalunya sebagai unsur perubah, sehingga ia menjadi energi positif untuk mencapai mardhotillah. Begitu jua dengan Khalid Bin Walid serta Bilal bin Rabah. Bagaimana dengan kita ?
Meskipun kita dapat dipengaruhi oleh pengalaman-pengalaman kanak-kanak yang malang, namun kita bukanlah korban-korban tetap dari pengalaman-pengalaman ini, kita dapat berubah, bertumbuh dan mencapai tingkat-tingkat kesehatan psikologis yang tinggi ( Abraham Maslow )
2. Masa Kini
Masa kini, kondisi kita saat ini, kita hari ini apa adanya adalah merupakan akumulasi pencapaian aktualisasi diri dari potensi-potensi kita, tapi in fact kebanyakan orang hanya menggunakan sebagian kecil dari kemampuannya ( William James, Filsuf dan Psikolog asal USA ), artinya kita saat ini hanyalah baru sebagian kecil dari seharusnya kita menjadi. Masih banyak potensi-potensi dalam diri kita yang belum terbina, terbangun dan teraktualisasi dan yang belum, baik dari segi fisik, emosi, sikap, intelektual dan lainnya lagi. Inventarisasi semua hal itu dengan metode perenungan, instropeksi individual, kemudian mintalah pendapat orang lain, sahabat, orang tua, teman kerja atau lainnya untuk membantu kita dalam mengenali potensi apa saja yang sudah dan belum teraktualisasi
Identifikasi dan inventarisasi itu merupakan database kita untuk mulai merencanakan pengembangan diri. Database tersebut dapat memberikan informasi kepada kita potensi-potensi apa yang harus kita rencanakan untuk mengaktualisasikannya, dan juga bagaimana potensi-potensi yang sudah teraktualisasi dapat dipertahankan dan ditingkatkan kualitasnya
3. Masa Depan
Masa depan adalah sebauh mimpi/imajinasi kita untuk menjadi apa. Apa yang ada dalam benak dan fikiran kita tentang masa depan kita? Menjadi orang sukseskah? Menjadi orang bahagiakah? Prinsip dan imajinasi anda yang menentukan! Kehidupan kita ditentukan oleh pikiran kita ( Muhammad Al Ghazali ). Namun dalam imajinasi kita tentang masa depan kita ada perbedaan orang yang religius dan yang tidak. Orang yang religius memandang bahwa masa depannya bukan hanya pada tahap hidup di dunia, tetapi ada hal yang lebih penting lagi adalah masa depan akhirat. Sehingga cobalah latih imajinasi kita untuk memikirkan bagaimanakah keadaan akhir kita kelak di akhirat bahagiakah atau tersiksa?
Bingkai dengan Emosi Positif
“Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi ( pula ) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui sedang kamu tidak mengetahui” ( Al Qur’an ).
Apa yang kita rasakan ketika membaca ayat ini? Mungkin kita akan merasakan nuansa optimisme dalam diri kita, karena ayat ini mengajarkan kita untuk selalu mengembangkan emosi positif kita tentang segala hal yang terjadi dalam kehidupan kita.
Bingkailah kehidupan masa lalu, mas kini, dan masa depan kita dengan emosi positif. Pandanglah setiap kejadian-kejadian masa lalu sebagai hal terbaik untuk meraih hal yang lebih baik. Jadikanlah kondisi kehidupan kita saat ini menurut kita atau menurut orang lain sebagai sebuah cermin bagi kita untuk melangkah menjadi lebih baik. Dan raihlah masa depan kita yang telah kita cita-citakan dalam imajinasi kita
Bingkai dengan Nilai
Setelah kita tahu tentang siapa kita? Apakah itu sudah cukup? Belum! Karena persepsi kita tentang kita ditentukan oleh kita sendiri dan oleh teman-teman kita sesama manusia. Kita tidak obyektif, karena manusia tidak ada yang obyektif, hanya Allah SWT yang obyektif. Karena kita adalah makhluk yang diciptakan Allah SWT, maka kita sebaiknya menanyakan pada sang pencipta gambaranNya tentang kita. Sebab ia menciptkan kita masing-masing secara unik, artinya dengan bakat, kemampuan, tenaga dan ideal-ideal tersendiri. Dengan menemukan gambaran Allah tentang kita. Kita temukan ideal kita, makna hidup kita, tujuan seluruh keberadaan kita didunia ini. Kita akan terarah, inilah nilai yang dapat dengan jernih mempersepsikan secara positif. Kehidupan masa lalu, masa kini dan masa depan kita. Nilai inilah yang menentukan akan menjadi apa kita kelak dan bagaimana akhirnya.
PROSES PENGEMBANGAN DIRI III
III.
SASARAN PENGEMBANGAN DIRI
Proses pengembangan diri adalah sebuah proses yang terus-menerus dan integral, untuh serta bertahap. Proses pengembangan diri meliputi empat unsur dalam aspek kepribadian manusia; Aspek Spiritual, Moral ( Truee ) , Aspek Emosional ( Responsible ), Aspek Intelektual ( Unique ) dan Aspek Fisik ( Sacriface )
1. Aspek Spiritual
Meliputi Iman, Taqwa, Ibadah, Niat, Sopan, Ramah, Siap, Berkurban, Totalitas, Tepat Waktu, Menghormat/menghargai orang lain, bersih dan berwibawa, kejujuran, Tegas, Keaslian, Kesetiaan, Ketaatan, Kebenaran, dll
2. Aspek Emosional
Meliputi: Tanggung Jawab, Membantu orang lain, Ingin maju, Rasa ikut memiliki, Mawas diri, Proaktif, Mandiri, Berpikir Positif, Inisiatif, Sumbangan kepada semangat kelompok, Hubungan Masyarakat, Kepercayaan pada diri sendiri, Kerjasama, Fleksibilitas, Pengambilan Resiko, Kemampuan Memotivasi bawahan, Keuletan, Kerja Keras, Integritas, Empati, Ketegasan, Perhatian terhadap orang lain, dll
3. Aspek Intelektual
Meliputi : Terampil, Trengginas, Merencanakan, Mengorganisasi, Mengkoordinasi, Mensupervisi, Kepemimpinan, Dinamika, Kepandaian mencari akal, Kreatifitas dan Daya Akal, Pengembangan para bawahan, Kemampuan Analitis ( nalar, logika ), Pendelegasian, Pengambilan Keputusan, menyelesaikan masalah, Manajemen Konflik, Kemampuan Komunikasi ( Lisan, Tulisan ), Pengaturan data, Dapat belajar dengan cepat, Dapat mengakses informasi dengan cepat, Mudah mempelajari Ilmu Baru, dll
4. Aspek Fisik
Meliputi : Dapat melakukan Hajat hidup dengan fisik, sehat, tidak cacat karena kecelakaan, tidak sakit akut atau kronis, olah raga, pola makan yang baik, tinggi badan dan berat badan yang seimbang, memiliki tenaga yang kuat, tidak melakukan kebiasaan merusak fisik, merasakan nafas lega, dll
Proses pengembangan diri adalah sebuah proses yang terus-menerus dan integral, untuh serta bertahap. Proses pengembangan diri meliputi empat unsur dalam aspek kepribadian manusia; Aspek Spiritual, Moral ( Truee ) , Aspek Emosional ( Responsible ), Aspek Intelektual ( Unique ) dan Aspek Fisik ( Sacriface )
1. Aspek Spiritual
Meliputi Iman, Taqwa, Ibadah, Niat, Sopan, Ramah, Siap, Berkurban, Totalitas, Tepat Waktu, Menghormat/menghargai orang lain, bersih dan berwibawa, kejujuran, Tegas, Keaslian, Kesetiaan, Ketaatan, Kebenaran, dll
2. Aspek Emosional
Meliputi: Tanggung Jawab, Membantu orang lain, Ingin maju, Rasa ikut memiliki, Mawas diri, Proaktif, Mandiri, Berpikir Positif, Inisiatif, Sumbangan kepada semangat kelompok, Hubungan Masyarakat, Kepercayaan pada diri sendiri, Kerjasama, Fleksibilitas, Pengambilan Resiko, Kemampuan Memotivasi bawahan, Keuletan, Kerja Keras, Integritas, Empati, Ketegasan, Perhatian terhadap orang lain, dll
3. Aspek Intelektual
Meliputi : Terampil, Trengginas, Merencanakan, Mengorganisasi, Mengkoordinasi, Mensupervisi, Kepemimpinan, Dinamika, Kepandaian mencari akal, Kreatifitas dan Daya Akal, Pengembangan para bawahan, Kemampuan Analitis ( nalar, logika ), Pendelegasian, Pengambilan Keputusan, menyelesaikan masalah, Manajemen Konflik, Kemampuan Komunikasi ( Lisan, Tulisan ), Pengaturan data, Dapat belajar dengan cepat, Dapat mengakses informasi dengan cepat, Mudah mempelajari Ilmu Baru, dll
4. Aspek Fisik
Meliputi : Dapat melakukan Hajat hidup dengan fisik, sehat, tidak cacat karena kecelakaan, tidak sakit akut atau kronis, olah raga, pola makan yang baik, tinggi badan dan berat badan yang seimbang, memiliki tenaga yang kuat, tidak melakukan kebiasaan merusak fisik, merasakan nafas lega, dll
PROSES PENGEMBANGAN DIRI IV
IV.PRINSIP-PRINSIP
PENGEMBANGAN DIRI
1. Prinsip Keterarahan
Setiap aktifitas pengembangan diri, harus memiliki arah yang jelas yang teridentifikasikan dengan tujuan akhir dari pengembangan diri tersebut. Parameter hasil yang konkrit. Karena sebuah usaha pengembangan diri, tetapi tanpa target, atau tujuan yang jelas maka usaha pengembangan diri tidaklah efektif dan maksimal
2. Prinsip Perencanaan
Aktivitas pengembangan diri merupakan suatu ektivitas yang terencana, bukan sambilan atau incidental. Ia merupakan bagian dari agenda kehidupan kita. Perencanaan pengembangan diri meliputi, taget-target waktu, jadwal aktivitas dan evaluasi
3. Prinsip Kesinambungan
Aktivitas pengembangan diri merupakan aktivitas yang terus-menerus dan tidak berhenti sampai akhir kehidupan kita. Aktivitas pengembangan diri seseungguhnya kehidupan itu sendiri, “ Hari ini harus lebih baik dari hari kemarin, Hari esok harus lebih baik dari hari ini”
4. Prinsip Keteraturan
Aktivitas pengembangan diri harus teratur, punya alur yang jelas aspek mana yang akan dikembangkan lebih dahulu kemudian aspek lainnya menyusul, atau bisa juga secara simultan namun tetap harus merujuk pada prinsip keteraturan. Hal ini untuk mencegah terjadinya aktivitas yang berlebihan
5. Prinsip Kebertahapan
Aktivitas pengembangan diri merupakan sebuah aktivitas yang bertahap dan berproses sesuai dengan karakter fitrah manusia itu sendiri yang berproses baik secara fisik ataupun psikologis. Terdapat hubungan keterkaitan antara satu tahap dengan tahap yang lainnya
6. Prinsip Latihan dan Tindakan
Aktivitas pengembangan diri merupakan aktivitas “Learning By Doing” atau “Experience Learning”. Artinya tujuan dari pengembangan diri tidak akan tercapai apabila kita tidak melakukan latihan-latihan dan tindakan-tindakan yang dibutuhkan dalam proses pengembangan diri.
7. Prinsip Optimisme Religius
Aktivitas pengembangan diri merupakan aktivitas ikhtiar manusia untuk berubah menjadi lebih baik ( Al Qur’an 13:11 ) sedangkan keberhasilan ikhtiar manusia bukan hanya ditentukan oleh ikhtiar itu sendiri, tetapi factor “Kehendak Ilhiyah” ( Kehendak Allah SWT ) memegang peranan penting dalam keberhasilan tujuan pengembangan diri. Oleh sebab itu factor Do’a ( Pengharapan kepada Allah SWT ) merupakan prinsip yang sangat penting namun sering dilupakan orang.
1. Prinsip Keterarahan
Setiap aktifitas pengembangan diri, harus memiliki arah yang jelas yang teridentifikasikan dengan tujuan akhir dari pengembangan diri tersebut. Parameter hasil yang konkrit. Karena sebuah usaha pengembangan diri, tetapi tanpa target, atau tujuan yang jelas maka usaha pengembangan diri tidaklah efektif dan maksimal
2. Prinsip Perencanaan
Aktivitas pengembangan diri merupakan suatu ektivitas yang terencana, bukan sambilan atau incidental. Ia merupakan bagian dari agenda kehidupan kita. Perencanaan pengembangan diri meliputi, taget-target waktu, jadwal aktivitas dan evaluasi
3. Prinsip Kesinambungan
Aktivitas pengembangan diri merupakan aktivitas yang terus-menerus dan tidak berhenti sampai akhir kehidupan kita. Aktivitas pengembangan diri seseungguhnya kehidupan itu sendiri, “ Hari ini harus lebih baik dari hari kemarin, Hari esok harus lebih baik dari hari ini”
4. Prinsip Keteraturan
Aktivitas pengembangan diri harus teratur, punya alur yang jelas aspek mana yang akan dikembangkan lebih dahulu kemudian aspek lainnya menyusul, atau bisa juga secara simultan namun tetap harus merujuk pada prinsip keteraturan. Hal ini untuk mencegah terjadinya aktivitas yang berlebihan
5. Prinsip Kebertahapan
Aktivitas pengembangan diri merupakan sebuah aktivitas yang bertahap dan berproses sesuai dengan karakter fitrah manusia itu sendiri yang berproses baik secara fisik ataupun psikologis. Terdapat hubungan keterkaitan antara satu tahap dengan tahap yang lainnya
6. Prinsip Latihan dan Tindakan
Aktivitas pengembangan diri merupakan aktivitas “Learning By Doing” atau “Experience Learning”. Artinya tujuan dari pengembangan diri tidak akan tercapai apabila kita tidak melakukan latihan-latihan dan tindakan-tindakan yang dibutuhkan dalam proses pengembangan diri.
7. Prinsip Optimisme Religius
Aktivitas pengembangan diri merupakan aktivitas ikhtiar manusia untuk berubah menjadi lebih baik ( Al Qur’an 13:11 ) sedangkan keberhasilan ikhtiar manusia bukan hanya ditentukan oleh ikhtiar itu sendiri, tetapi factor “Kehendak Ilhiyah” ( Kehendak Allah SWT ) memegang peranan penting dalam keberhasilan tujuan pengembangan diri. Oleh sebab itu factor Do’a ( Pengharapan kepada Allah SWT ) merupakan prinsip yang sangat penting namun sering dilupakan orang.
‘Faidza ‘azzamta fatawaqqallah” (Bertekadlah Engkau kemudian Bertawakal).
Friday, April 13, 2007
PROSES PENGEMBANGAN DIRI V
V. TREATMEN PENGEMBANGAN DIRITreatmen dilaksanakan dengan bersandar pada prinsip-prinsip pengembangan diri pada bab sebelumnya. Treatment lebih merupkan sebuah siklus (berkesinambungan) yang tidak berhenti. Siklus tersebut adalah :
1. Perenungan
Perenungan merupakan sebuah tahap untuk melihat diri pribadi kita dalam kesadaran yang hakiki, kesadaran spiritual, kesadaran emosional, kesadaran intelektual dan kesadaran fisik
2. Insight
Hasil Perenungan dengan kesadaran hakiki itulah yang akan menimbulkan sebuah pemahaman baru ( Insight ) yang lebih positif dan lebih baik arahnya
3. Motivasi
Dengan pemahaman baru, maka akan muncul sebuah nuansa motivasi untuk berubah dan berbuat
4. Latihan dan Tindakan
Motivasi merupakan sebuah kecenderungan tindakan yang nantinya akan menjadi sebuah tindakan yang nyata, tindakan-tindakan tersebut harus dilatih sehingga menjadi sebuah kebiasaan dan menjadi karakter
5. Insight dan Evaluasi
Latihan-latihan serta tindakan yang dilakukan akan kembali menimbulkan pemahaman baru dan segera dievaluasi untuk kita teruskan menjadi kebiasaan dan karakter kita
Penutup
Aktivitas Pengembangan Diri merupakan sebuah kerja ibadah, ketika ia diniatkan untuk mencari ridho Allah dan tidak melanggar aturan-Nya sehingga proses pengembangan diri kita adalah sebuah upaya untuk menuju menjadi manusia yang sempurna ( Insan Kamil ) yang diridhoi Allah SWT.
Wallahu ‘alam
Langganan:
Postingan (Atom)